Seperti juga daerah-daerah lain di Indonesia, masyarakat Bali pun memiliki busana tradisional. Salah satunya adalah udeng, ikat kepala yang dikenakan kaum pria Bali.
Udeng umum dikenakan oleh masyarakat dari berbagai lapisan masyarakat. Baik kalangan bangsawan maupun orang biasa, dari anak-anak hingga sesepuh, seluruh masyarakat Bali menggunakan ikat kepala ini.
Udeng umum dikenakan oleh masyarakat dari berbagai lapisan masyarakat. Baik kalangan bangsawan maupun orang biasa, dari anak-anak hingga sesepuh, seluruh masyarakat Bali menggunakan ikat kepala ini.
Udeng terbuat dari kain dengan ukuran panjang kurang lebih sekitar setengah meter. Udeng terdiri dalam berbagai motif, mulai dari polos, ornamen metalik, corak batik, serta corak lain yang lebih modern.
Udeng memiliki bentuk asimetris bilateral dengan sisi sebelah kanan lebih tinggi dari sisi kirinya. Bentuk asimetris ini memiliki makna filosofis setiap orang harus berusaha melakukan kebajikan (kanan).
Lekukan udeng memiliki makna :
- Lekuk dikanan lebih tinggi daripada dikiri berarti hendaknya kita lebih banyak melakukan hal yang baik (dharma) dari pada berbuat buruk (adharma)
- Ikatan ditengah – tengah kening bermakna memusatkan pikiran kita.
- Ujung keatas melambangkan Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan menggunakan udeng secara garis besarnya disebutkan hendaknyalah kita selalu berbuat yang baik sehingga nantinya kita dapat bersatu dengan beliau (moksa).
Udeng memiliki simbol ketuhanan yang menyatukan Tri Murti dalam simpul “nunggal”.
- Tarikan ujung kain kanan melambangkan Wisnu,
- Tarikan ujung kain kiri melambangkan Brahma,
- Ujung kain diatas yang ditarik kebawah melambangkan Siwa.
Artinya orang bali menuhankan Tri Murti sebagai satu kesatuan yang utuh dalam perlambang udeng yang digunakan.
Sedangkan udeng yang tertutup dan ikatan dibelakang yang boleh memakai udeng ini adalah pinandita (sulinggih) yaitu orang yg sudah mewinten atau Samkara Eka jati dan udeng seperti ini sering disebut dengan ”mebongkos nangka”.
Dalam ranah kadiatmikan, udeng juga melambangkan panunggalan tri nadi. Artinya dalam persepsi masyarakat spiritual Bali, selaning lelata adalah pertemuan dari Tri Nadi itu,
- Ida,
- Pinggala,
- Sumsumna
Demikianlah disebutkan makna dan pengertian dari penggunaan udeng yang digunakan sehari – sehari sebagai kelengkapan pakaian adat dan budaya di Bali.
Do you have more great artclies like this one?
Will update soon, thanks